Sunday, May 8, 2011

KULDESAK

Berbeda bukan berarti buruk. Bukan berarti baik pula. Bukan benar. Bukan salah. Apa itu membuatnya jadi tak bernilai? Atau justru tak ternilai?

Entah karena aku yang naïf, dan mungkin mulai menginjak dunia yang sama sekali baru atau sebenarnya sedikit lebih besar dibanding waktu aku kecil dulu. Selama ini, orang-orang yang memiliki pandangan berbeda denganku mengenai hal-hal yang paling mendasar berada di luar perimeter duniaku. Tak terjangkau, tak mengenali, hanya tahu kalau memang ada pandangan seperti itu.

Namun, sekarang perimeter itu meluas. Praktis yang tadinya di luar, kini ada yang menjadi bagian dari kotak duniaku. Dan, merekalah, mereka yang berbeda denganku itu, mulai masuk dalam porsi dunia yang diberikan Tuhan untukku.

Sayangnya, aku tak bisa mengerti pandangan mereka. Atau belum. Tapi haruskah aku mengerti? Bukankah…

Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku…
Urusanmu, urusanmu . Urusanku, urusanku…

Jadi,

Pandanganmu, pandanganmu. Pandanganku, pandanganku…

Bukankah yang dimaksud saling mengerti itu hanya mengerti akan eksistensi perbedaan itu sendiri?

Bagaimana? Yang mana?

Dengar ini, Tuhan. RahasiaMu terlampau akbar untuk ditanggung 550 cc volume otak, ditimang oleh tak lebih dari segenggaman hati, dipeluk oleh serengkuhan jiwa rapuh. Apa Kau ingin menggantung imanku seperti halnya Kau menggantung jawab-Mu?

Kuhamparkan diri serendah-rendahnya pada haribaanMu. Mencoba membujukMu untuk memberikan jawab. SkenarioMu itu kadang terlalu membuatku sesak dan membuatku tak mengerti, apa maksudMu sebenarnya?

Dan jika kutanya pada mahlukMu yang lain namun tak ada yang bisa menjawab, Kau memaksaku mencari jawab sendiri. Kadang tak Kau beri, dan aku akhirnya berhenti dengan masih mengenggam tanya. Membiarkanku kebingungan. Lalu Kau membawaku pada kitabMu yang tentu saja tak bisa kutafsir semena-mena. Dan aku menghadapi sebuah kuldesak.

Apa Kau lantas menjawab? Nyatanya belum. Apa Kau tidak kasihan padaku? Apa Kau ingin membiarkanku menjadi seorang Yahudi dengan selaksa tanya tak berjawab? Begitu kan, yang terjadi pada kaum Nabi Musa?

Kau menciptakan perbedaan agar kami saling mengenal. Tapi untuk yang satu ini, aku tak mengerti barang sedikit pun mengapa aku harus mengenal dan mengerti sesuatu yang jelas-jelas Kau laknat? Dan Kau menghadirkannya melalui seseorang yang tak hanya menyayangiku tapi juga sangat menyayangiMu.

Yang tak kumengerti adalah kenapa Kau melakukannya pada orang yang menyayangiMu? Kau membuatnya memiliki sebuah pilihan atas sesuatu yang tak seharusnya mempunyai pilihan. Dan Kau membuatnya sedemikian rupa seolah ia benar-benar tak punya pilihan. Ingin sekali kubilang Kau keji, namun jiwa mahlukku tak sanggup. Akan sangat lancang, aku tahu. Maka, aku hanya bisa bertanya,

Apa rencanaMu sebenarnya?