Wednesday, March 9, 2011

Mondo Lofgut

Beberapa tahun yang lalu seorang teman gw pernah bilang kalo gw mirip Luna Lovegood. Dan gw baru sadar sekarang kalo ucapan dia waktu itu ternyata benar adanya. Iya, gw emang mirip luna. Anehnya. *inta baca ga yah?*


Tapi berhubung gw emang demen ama doi, gw hepi-hepi aja tuh dibilang gitu. Ngomong-ngomong soal kedemenan, gw dari dulu emang lebih suka dengan tokoh fiksi. Apa pasal ?? Karena eh karena…tokoh itu emang beneran ga ada. Bingung ? Iya sama.


Kenapa gw lebih suka tokoh fiksi? Karena perasaan gw terhadap doi ga bakalan bertepuk sebelah tangan. Karena ketidakeksisannya itu, gw tau dia ga bakal bisa demen sama gw balik. Dan hal yang sama terjadi pula dengan penggemarnya yang lain.


Beda ceritanya kalo gw demen morgan smes misalnya. Dia tuh hidup looh…dia tuh bisa kenal gw looh…dia tuh bisa suka sama gw loh. Tapi kalo kenyataannya engga ?? Kalo dia ga kenal gw dan lebih kenal dengan cewek lain di luar sana dan suka sama cewek itu ?? Maaan…bukan hal yang baik untuk hati gw. Dan gw akan mulai berteriak-teriak kalo dunia ini ga adil ! Kenapa tu cewek bisa kenal ama morgan sedangkan gw engga ???? See...hal-hal seperti itu.


Faktor laennya adalah karna gw akan kenal dia seutuhnya. Even, kalo dia munafik. Gw tau kalo dia bohong, dll. Untuk itu, demi menjaga hati gw (tsaah) gw lebih suka mengidolakn tokoh fiksi.


Maka, selaen lupus, sinchan dan miiko, luna lovegod jadi salah satu idola gw. Entah karna luna mirip gw ato gw yang mirip luna (tapi gw lebih suka gagasan kalo luna yang mirip gw), eniwe gw ngerasa gw punya representative diri gw dalam heri poter !! Bayangin maaan….gw ada di heri poter !!! *ngeplakdirisendiril*


Yah kalo pun pada akhirnya gw mesti ngefans ama orang beneran, mentok-mentok sama penulisnya. Tapi itu pun jadi masalah baru lagi buat gw. Misalkan dengan mengabaikan teori realitas mana pun yang berlaku di muka bumi akhirnya gw punya kesempatan wawancara sama J.K Rowling.


Well…gw cukup punya nyali kalo ngomong sama Yankee─julukan orang amrik. Tapi maaaaaan….The Brit...maaannn...The Brit !!! Yang kalo ngomong “where were we?” Jadi “wê weu wi?”. Yang bilang “not” jadi “nowth”. Yang melafalkan “here” jadi “hiêh". Gw bakal ngemeng bahasa inggris sama empunya bahasa !!!


Bisa dipastikan pemandangan yang terjadi dalam wawancara itu adalah gw yang megap-megap terus-terusan ngomong , “pardon me, Ma’am…do you mind to repeat again, please!” Dan Rowling akan menatap gw. Merasa kasihan.


Lalu bencana berikutnya akan terjadi ketika Rowling mulai ngomong, “I’m looking for the loo (toilet).”


Dan gw Cuma bisa jawab, “I’m sorry, Mrs. Rowling. I don’t have any friends who named Lou.”


Lalu Rowling mulai merasakan hasrat ingin ke kamar mandinya lenyap seketika dan malah ngasi gw tatapan─oh-dear-sebaiknya-kita-hentikan-saja-wawancara-ini.


Dan gw membalasnya dengan tatapan melas mengiba-iba─But-Ma’am-wawancara-ini-begitu-penting-bagi-karir-dan-kredibilitas-saya.


Kemudian Rowling menyerah, “allright then, kita lakukan saja via email, Ms. Restu.”


Dan berakhirlah drama wawancara yang mengerikan itu.


Hoorraayy !!!! *tepoktangansambilsikatgigi*


n.b : sumpah ga asik banget dah nih note !!!

ATOM

Gw punya misi yang mesti dijalankan di pesbuk gw. Apakah gerangan misi tersebut ? Tak lain tak bukan adalah nge-tag-in tulisan ini ke first love gw waktu SMA.

Tolol ? Mungkin. Tapi gw cuma pengen dia tau. Itu aja. Sama sekali ga menuntut dia untuk suka sama gw balik.

Gw posting tulisannya di sini.

Here we goooo !!!!

Ini cerita enam tahun lalu. Tentang seorang laki-laki yang sudah merenggut hati seorang gadis naïf yang baru pertama kali benar-benar jatuh cinta.



Ya, Atom. Aku sedang bercerita tentangmu.



Dengarkanlah, Baladewaku….



Bismillahirrahmanirrahim.



ATAS NAMA CINTA catatan ini kutulis. Kau bagiku adalah PERSEMBAHAN DARI SURGA bagi KIRANA yang sedang merana. KAMULAH SATU-SATUNYA yang mampu membuatku KANGEN. Tapi kemanakah RISALAH HATI ini mesti kualamatkan kalau ternyata cintaku sudah PUPUS sejak di permulaan?



Haruskah kusenandungkan LAGU CINTA sebagai pertanda CINTAku ini sudah GILA? Atau haruskah kau kubawa ke haribaan MAHAMERU demi mengikrarkan bahwa kaulah si SELIMUT HATI yang membuat jantung menderu-deru?



Tidak mungkin. Kau bisa main bola saja tidak. Jadi mana mungkin kau meniti ketinggian 3.000 meter lebih di atas permukaan laut.



Seperti halnya trigonometri yang tak bisa kauajarkan padaku. Ya kan, Atom?



Mungkin aku bisa memberimu sepiring ketoprak kesukaanmu.



Memang sedikit yang aku ketahui tentangmu. Bahkan jika bercerita tentangmu mungkin hanya butuh satu jam saja. Tapi satu jam itu adalah satu jam penuh senyum. Satu jam penuh pipi merona. Satu jam penuh kerinduan. Satu jam penuh cengiran kasmaran. Satu jam penuh sumringah. Satu jam penuh dengan mata yang berbinar. Satu jam penuh dengan namamu yang tak terkalkulasi.



Atomatomatomatomatomatomatomatom…



Tapi walaupun sampai membuat sajadahku lembab tiap malam oleh airmata. Walau sampai membuat keningku pening akibat sujud yang terlalu lama. Walau munajatku sarat dengan sebuah nama. Tak pernah sekalipun aku berpikir kita cocok sebagai DUA SEJOLI, wahai ARJUNA.



Cintaku murni hanya cinta. Titik. Tak sampai hati aku membayangkan kau jadi milikku.



Hei…aku sedang membicarakanmu! Perhatikan!



Kau bahkan tidak tahu kalau aku terisak-isak di tangga sekolah saat mengetahui kenyataan bahwa namamu tidak ada di kolom mana pun pada daftar peserta yang lolos SPMB tahun 2006.



Kau yang membuatku memilih jalan memutar ke arah kantin sekolah karena takut berpapasan denganmu. Kau yang membuatku betah berdiam lama-lama usai pulang sekolah padahal aku kelaparan setengah mati dan uang jajanku hanya tinggal untuk supir angkot nanti. Kau yang membuatku pergi ke konter hp jam sebelas malam hanya demi membeli pulsa untuk membalas pesanmu. Kau yang membuat jari-jariku bekerja simultan bersama hati menguntai aksara beraroma afeksi.



Kalau diperhatikan lagi, aku benar-benar tolol waktu itu. Mungkin itu yang namanya MISTIKUS CINTA.



Seperti yang John Lennon bilang lewat “Michelle” karena Paul Mccartney tak bisa meneruskan menulis lagu itu.



‘I Love You, I Love You, I Love You.’



Cintaku padamu tak akan cukup dilafalkan satu kali. Namun tetap saja tak bisa kuucapkan padamu.



Apa kau masih memperhatikan, Atom?



Yahh…Cintaku kepadamu bagaikan bola salju. Oh salah…itu Sule. Bukan aku. Tapi aneh juga mengapa Sule bilang cintanya bagaikan bola salju yang makin lama kian membesar? Cintaku konstan. Tak lebih besar ketika dekat dan tak lebih sedikit ketika jauh. Aku takut cintaku kepadamu melebihi cintaku pada Penciptamu. Aku ingin mencintaimu dengan benar.



Cintaku kepadamu bagaikan…bagaikan…nngg…aku tak tahu bagaikan apa. Maaf. Mungkin bagaikan cinta Ucrut pada Atom. Tapi itu kan aku sendiri?



Kau bahkan tidak tahu, kan kalau aku belum pernah jatuh cinta lagi seperti aku jatuh cinta padamu? Yah…kau mana tahu apa-apa tentangku.



Sudahlah. Sebaiknya kuhentikan ini. Daripada membuatmu semakin ngeri.



-Ucrut yang akan segera menjadi Angsa-

Mencoba Berfilosofi: Catatan paling sotoy yang pernah gw bikin !!!

Kalau bisa dibilang filsafat dibuntel 500 halaman oleh Jostein Gaarder lewat Dunia Sophie, maka gw juga akan bilang kalau Dunia Sophie dirangkum oleh Albert Einstein dengan satu teori paling berpengaruh di dunia sepanjang masa, relativitas. Atau yang lebih dikenal dengan Postulat Einstein.



Dalam Dunia Sophie, Alberto Knox bilang bahwa Plato dan Aristoteles bisa saja separuh benar dan separuh salah. Itu berarti yang sebenarnya ingin ia katakan adalah bahwa kesemua teori filasafat itu relative. Benar dalam suatu waktu dan bisa menjadi salah pada waktu yang lain. Yup, seperti yang selalu Einstein bilang, “kebenaran itu relative”.



Agak sedikit aneh Gaarder sama sekali tidak menyebut Einstein dalam bukunya, padahal ia menceritakan Galileo Galilei, Isaac Newton, dan Immanuel Kant. Padahal kalau ada bapak filsafat modern, Einstein lah orangnya.



Lalu bagaimana dengan Copernicus? Bukankah ia yang pertama kali mengemukakan teori heliosentris-teori yang berpendapat bahwa matahari adalah pusat tata surya? Apa orang-orang mulai melupakan itu?



Lalu Alberto Knox juga menyebut-nyebut kalau St. Agustinus ‘mengkristenkan’ Plato. Berarti gw juga bisa ‘mengislamkan’ Aristoteles, bukan begitu? Atau bahkan Socrates?



Omong-omong Socrates, apa yang terjadi kalau gw hidup di zamannya? Apakah gw akan jadi filsuf? Atau sebaliknya, apa yang terjadi kalau Socrates hidup di zaman sekarang? Apa ia akan menjadi mahasiswa dengan penuh pertanyaan-pertanyaan tolol? Atau tukang sensus?



Karena, jauh sebelum gw baca Dunia Sophie, sekitar jaman gw SD, gw nonton sebuah cuplikan sinetron. Saat itu, pemeran laki-lakinya lagi jalan sendirian tengah malam-gw lupa dalam keadaan mabuk atau ga. Lalu ia melihat sebuah diskotik dan kemudian masuk. Padahal sebenernya itu rumah kosong!



Dari situ, gw yang masih SD mikir, apakah yang sedang gw alamin ini nyata atau engga? Apa ini Cuma mimpi? Jangan-jangan gw sebenernya lagi di kuburan bukan di rumah lagi nonton sinetron seperti yang gw pikir lagi gw alamin? Bisa jadi..bisa jadi…



Sama halnya yang dipikirkan Descartes. See, mungkin aja gw ada bakat jadi filosof. *noyordirisendiri*



Sekali lagi, relative.



Socrates bilang orang yang paling bijak adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu. Maka apa yang dikerjakannya sepanjang hari di alun-alun kota Athena adalah bertanya. Rasa ingin tahu yang besar adalah cerminan dari seorang filosof. See….



Sayangnya gw tumbuh di tengah-tengah lingkungan yang menganggap banyak bertanya itu adalah sesuatu yang tabu. Dianggap cari muka, cerewet, dan sebagainya. Lingkungan yang menganggap kemahiran dalam menyontek merupakan suatu prestasi yang patut dibanggakan.



Kerdil.



Bingung? Ga usah khawatir. Itu artinya elo mikir. Masalahnya gw sendiri juga bingung.



Kembali ke Dunia Sophie, gw pikir begitu banyak orang-orang dulu mewariskan begitu banyak ilmu pengetahuan yang mencengangkan. Dari zaman Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Renesains, Abad Pencerahan. Dari Socrates sampai Darwin. Masalah arti nurani sampai mengapa orbit tata surya berbentuk elips.



Lalu apa yang kita wariskan nanti untuk generasi setelah kita??



Iphone paling canggih tidak akan berarti apa-apa kalau kita mesti saling membunuh demi mendapatkan segelas air bersih. Ferrari keluaran terbaru pun bakal rela ditukar hanya dengan sebungkus nasi. Orang juga ga akan peduli baju kita keren apa engga karena kita tetap saja akan kelihatan tua akibat dehidrasi parah. Kita juga ga akan peduli lagi berapa jumlah follower kita di twitter lantaran kita lebih memikirkan kapan hujan air kembali turun menyejukkan bumi bukannya hujan asam terus-menerus.



Lantas apakah gw menyalahkan James Watt, dalang di balik mesin uap itu? Atau Rotheim dengan aerosol-nya yang bikin lapisan ozon kian menipis? Atau Benz dengan karbondioksida dari mobil temuannya? Atau Daimler yang menemukan sepeda motor? Atau Mr. Edison yang menerangi malam lewat lampu bikinannya?



Gw rasa mereka sama sekali tidak menyangka kalau temuan mereka akan digunakan begitu amat tidak bertanggungjawabnya oleh kita. Gw rasa mereka tidak pernah mengira kalau temuannya dijadikan alat untuk merusak bumi.



Hedonis? Mungkin. Ironis.



Kita berada pada generasi yang mengambang. Generasi yang menentukan seperti apa wajah bumi pada generasi berikutnya. Selamatkan atau kita akan dikutuk sebagai generasi yang gagal oleh seluruh generasi baik sebelum atau sesudah kita. Kalau itu sampai terjadi, maka jika generasi sebelum kita ditulis dalam sejarah sebagai generasi penemu, lalu generasi kita sebagai penikmat sekaligus perusak bumi, maka generasi sesudahnya mungkin akan tercatat sebagai generasi yang “ngebenerin” bumi. See…kelihatan kan, siapa yang paling menyedihkan di situ?



Think about it, guys. Mumpung kita masih punya waktu sebelum bumi ini benar-benar hancur. Apa yang akan kita wariskan untuk masa depan anak cucu kita?



n.b: kayaknya gw salah ngasi judul. Coba liat ! Gw sama sekali ga bikin filosofi baru. Heuuuhhh…stupid mondo !!